4Liputan - Ini kasus yang cukup membingungkan kepala. Kala itu
KH. Abdurrahman Wahid masih menjabat sebagai presiden Republik Indonesia. Beliaulah orang yang meresmikan dan melegalkan Konghucu menjadi agama yang sah dan resmi di Indonesia. Padahal sebelumnya, selama rezim orde baru berdiri di atas negeri ini, kaum Tionghoa tidak bisa bergerak bebas. Begitu terkekang dan serba terbatas dalam melakukan gerak gerik. Ada sebuah rahasia menarik yang kita, manusia biasa tidak akan menyadarinya, dan hanya manusia super cerdas seperti Gus Dur-lah yang bisa melakukannya.
KH. Marzuki Mustamar memulai kisahnya dari maraknya Kristenisasi yang terjadi kala itu. Kaum missionaris bergerak mengkristenkan umat Islam yang fakir. Mereka membeli imannya hanya dengan makanan dan materi. Para missionaris itu bisa memiliki kuasa atas keimanan para fuqara’ tersebut lantaran banyaknya uang yang tersumbang kedalam gereja. Dana terbesar dari gereja bersumber dari sumbangan bos-bos Tionghoa, seperti bos pemilik Djarum, bos Sampoerna, dan lain sebagainya, karena mereka semua agamanya Kristen, padahal etnis mereka dari Tionghoa. Singkat cerita, ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, beliau membuka dan meresmikan agama Konghucu di Indonesia. Imbasnya, pemasukan gereja pun berkurang drastis. Disebabkan para bos-bos Tionghoa berpindah aliran, dari Kristen menjadi Konghucu. Akhirnya arus deras Kristenisasi bisa diredam sejenak oleh Gus Dur. Subhanallah!
Fakta menarik lainnya, di dataran Cina sudah terdapat banyak penduduk Muslim. Konon penduduk Muslim tersebut sudah mencapai 10%. Kita ambil contoh, apabila jumlah penduduk Cina mencapai 1,3 milyar jiwa, bisa anda bayangkan berapa jiwa jumlah penduduk Muslim dari 10%-nya! Mirisnya, saudara-saudara kita yang ada di Cina tidak bisa bebas beribadah seperti kita disini, karena pemerintahan mereka adalah komunis. Untuk pergi Haji ke Baitullah, merupakan hal yang mustahil bagi warga Muslim di Cina. Dan Gus Dur tahu ada banyak Muslim disana! Subhanallah. Kemudian Gus Dur melobi pemerintahan RRC,” Hei, etnismu Tionghoa disini sudah kami bebaskan dalam beragama dan menganut kepercayaannya. Sekarang kami minta timbal balik yang pantas. Bebaskan saudara-saudara seiman kami disana dalam beribadah!” begitu kira-kira. (Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan ta’dzim, penulis mohon maaf atas bahasa yang kurang sopan, karena sebatas ini penulis bisa memberikan gambaran yang kami tangkap) Maka pemerintah Cina pun mengabulkan permintaan dari Gus Dur. Jumlah penganut kepercayaan Konghucu tidak lebih dari 3 juta jiwa. Berarti, 130 juta jiwa ditukar dengan 3 juta jiwa, bukankah kyai kita ini super cerdas? Hanya kitalah yang terlalu bodoh sehingga menuduh yang tidak-tidak kepada beliau.